Pages

Kamis, 19 Mei 2011

Bosan Hidup

Seorang pria mendatangi Sang Master, "Guru, saya sudah bosan hidup.
Sudah jenuh betul. Rumah tangga saya berantakan. Usaha saya kacau. Apa
pun yang saya lakukan selalu berantakan. Saya ingin mati."
Sang Master tersenyum, "Oh, kamu sakit."
"Tidak Master, saya tidak sakit. Saya sehat. Hanya jenuh dengan kehidupan.
Itu sebabnya saya ingin mati."
Seolah-olah tidak mendengar pembelaannya, sang Master meneruskan, "Kamu
sakit. Dan penyakitmu itu sebutannya, 'Alergi Hidup'. Ya, kamu alergi
terhadap kehidupan."
Sang Murshid, sang guru memang benar.
Banyak sekali di antara kita yang alergi terhadap kehidupan. Kemudian,
tanpa
disadari kita melakukan hal-hal yang bertentangan dengan norma kehidupan.
Hidup ini berjalan terus. Sungai kehidupan mengalir terus, tetapi kita
menginginkan status-quo. Kita berhenti di tempat, kita tidak ikut
mengalir. Itu sebabnya kita jatuh sakit. Kita mengundang penyakit.
Resistensi kita, penolakan kita untuk ikut mengalir bersama
kehidupan membuat kita sakit. Yang namanya usaha, pasti ada
pasang-surutnya. Dalam hal berumah-tangga,bentrokan-bentrokan kecil itu
memang wajar,
lumrah.
Persahabatan pun tidak selalu langgeng, tidak abadi. Apa sih yang
langgeng,
yang abadi dalam hidup ini? Kita tidak menyadari sifat kehidupan. Kita
ingin mempertahankan suatu keadaan. Kemudian kita gagal,
kecewa dan menderita.
"Penyakitmu itu bisa disembuhkan, asal kamu ingin sembuh dan bersedia
mengikuti petunjukku." demikian sang Master.
"Tidak Guru, tidak. Saya sudah betul-betul jenuh. Tidak, saya tidak ingin
hidup." pria itu menolak tawaran sang guru.
"Jadi kamu tidak ingin sembuh. Kamu betul-betul ingin mati?"
"Ya, memang saya sudah bosan hidup."
"Baik, besok sore kamu akan mati. Ambillah botol obat ini.
Setengah botol diminum malam ini, setengah botol lagi besok sore jam enam,
dan
jam delapan malam kau akan mati dengan tenang."
Giliran dia menjadi bingung. Setiap Master yang ia datangi
selama ini selalu berupaya untuk memberikannya semangat untuk hidup. Yang
satu ini aneh. Ia bahkan menawarkan racun. Tetapi, karena ia memang
sudah betul-betul jenuh, ia menerimanya dengan senang hati.
Pulang kerumah, ia langsung menghabiskan setengah botol racun
yang disebut "obat" oleh Master edan itu. Dan, ia merasakan ketenangan
sebagaimana tidak pernah ia rasakan sebelumnya. Begitu rileks, begitu
santai! Tinggal 1 malam, 1 hari, dan ia akan mati. Ia akan terbebaskan dari
segala macam masalah.
Malam itu, ia memutuskan untuk makan malam bersama keluarga di
restoran Jepang. Sesuatu yang sudah tidak pernah ia lakukan selama
beberapa tahun terakhir. Pikir-pikir malam terakhir, ia ingin meninggalkan
kenangan manis. Sambil makan, ia bersenda gurau. Suasananya santai
banget! Sebelum tidur, ia mencium bibir istrinya dan membisiki di
kupingnya,
"Sayang, aku mencintaimu." Karena malam itu adalah malam terakhir, ia
ingin meninggalkan kenangan manis!
Esoknya bangun tidur, ia membuka jendela kamar dan melihat ke luar. Tiupan
angin pagi menyegarkan tubuhnya. Dan ia tergoda untuk melakukan jalan
pagi. Pulang kerumah setengah jam kemudian, ia menemukan istrinya masiih
tertidur. Tanpa membangunkannya, ia masuk dapur dan membuat 2 cangkir
kopi. Satu untuk dirinya, satu lagi untuk istrinya. Karena pagi itu adalah
pagi terakhir,ia ingin meninggalkan kenangan manis! Sang istri pun
merasa aneh sekali, "Sayang, apa yang terjadi hari ini? Selama
ini, mungkin aku salah. Maafkan aku, sayang."
Di kantor, ia menyapa setiap orang, bersalaman dengan setiap orang.
Stafnya pun bingung, "Hari ini, Boss kita kok aneh ya?"
Dan sikap mereka pun langsung berubah. Mereka pun menjadi
lembut. Karena siang itu adalah siang terakhir, ia ingin meninggalkan
kengangan
manis!
Tiba-tiba, segala sesuatu di sekitarnya berubah. Ia menjadi
ramah dan lebih toleran, bahkan apresiatif terhadap pendapat-pendapat
yang berbeda.
Tiba-tiba hidup menjadi indah. Ia mulai menikmatinya.
Pulang kerumah jam 5 sore, ia menemukan istri tercinta
menungguinya di beranda depan. Kali ini justru sang istri yang memberikan
ciuman
kepadanya, "Sayang, sekali lagi aku minta maaf, kalau selama ini
aku selalu merepotkan kamu." Anak-anak pun tidak ingin ketinggalan,
"Pi, maafkan kami semua. Selama ini, Papi selalu stres karena perilaku
kami."
Tiba-tiba, sungai kehidupannya mengalir kembali. Tiba-tiba,
hidup menjadi sangat indah. Ia mengurungkan niatnya untuk bunuh diri.
Tetapi
bagaimana dengan setengah botol yang sudah ia minum, sore sebelumnya? Ia
mendatangi sang Guru lagi. Melihat wajah pria itu, rupanya sang Guru
langsung mengetahui apa yang telah terjadi, "Buang saja botol itu. Isinya
air biasa. Kau sudah sembuh, Apa bila kau hidup dalam kekinian,
apabila kau hidup dengan kesadaran bahwa maut dapat menjemputmu kapan saja,
maka kau akan menikmati setiap detik kehidupan. Leburkan egomu,
keangkuhanmu, kesombonganmu. Jadilah lembut, selembut air. Dan
mengalirlah
bersama sungai kehidupan. Kau tidak akan jenuh, tidak akan bosan. Kau
akan merasa hidup. Itulah rahasia kehidupan. Itulah kunci kebahagiaan.
Itulah jalan menuju ketenangan."
Pria itu mengucapkan terima kasih dan menyalami Sang Guru, lalu
pulang ke rumah, untuk mengulangi pengalaman malam sebelumnya. Konon, ia
masih mengalir terus. Ia tidak pernah lupa hidup dalam kekinian.
Itulah sebabnya, ia selalu bahagia, selalu tenang, selalu HIDUP!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar