Pages

Sabtu, 07 Juli 2012

Kembali Tentang Iman

Ada sebuah kisah klasik mengenai iman. Suatu ketika seorang anak sedang tidur dan orang tuanya sedang pergi belanja. Tiba-tiba karena sesuatu hal terbakarlah rumah itu hingga api sampai di pintu kamar anak di loteng. Karena panas bangunlah si anak namun api besar telah menghadangnya di depan pintu kamar. Ia membuka jendela dan tak dapat melihat apapun karena asap hitam telah menyelimuti rumah itu. Di tengah kepanikan terdengarlah suara sang ayah di bawah...

”Anakku melompatlah ke bawah sekarang…”

Sang anak menjawab, ”tapi aku tak dapat melihat apa-apa”

Sang ayah menimpali,” nggak apa. Ayah persis dibawahmu.”

Sang anak segera memutuskan untuk melompat. Selamatlah ia berasa didekapan ayahnya.


Cerita ini memberikan ilustrasi tentang anak yang percaya. Ia mengesampingkan resiko dan berkeputusan untuk melompat, walau matanya terhalang oleh”asap”. Ilustrasi ini menggambarkan satu realita iman.
Seseorang beriman bukanlah karena melihat bukti nyata, melainkan karena apa yang ia percayai dan dipegang teguh walau ditengah bahaya. Bukankah dalam keseharian mata batin kita sering terhalang oleh “asap”? Bagaimana kita menyikapi hal ini dan memegang teguh apa yang kita percayai…


Dalam Injil kita mengenal Tomas yang sangat ingin menghilangkan “asap” keragu-raguan dengan mencucukkan tangannya pada Yesus yang menurut kesaksian orang, wanita dan murid lain telah bangkit.


Surat Paulus pada jemaat di Ibrani memberikan satu rumusan yang luar biasa mengenai iman,”iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat.” (Ibr.11:1)

Wanita yang mengalami pendaharan 12 tahun sembuh karena imannya. Dan ilustrasi si anak yang selamat di pelukan ayah karena kepercayaannya mengalahkan ketakutan yang menjadi “asap” tebal yang mengganggu. Iman membutuhkan keberanian untuk mempertahankan apa yang ia percayai di tengah badai….


Refleksi lebih jauh mengenai transformasi iman silahkan klik bijisesawimedia.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar